Senin, 27 September 2010

Bunga Rendah Gairahkan Bisnis Rumah Menengah

(komentar di Media Massa)

Kamis, 23 September 2010 06.43 WIB

(Vibiznews-Property)-Suku bunga perbankan yang relatif rendah belakangan ini mendorong bisnis perumahan segmen menengah dan atas lebih bergairah dibandingkan ketika bunga bank masih dipatok dua digit.

Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) Jawa Tengah Sudjadi di Semarang, Rabu, mengatakan kredit pemilikan rumah dengan suku bunga komersial saat ini berkisar sembilan hingga 9,5 persen per tahun sehingga banyak konsumen memutuskan membeli rumah pada saat ini.

Oleh karena itu, menurut dia, para anggota REI Jateng yang ditarget bisa membangun sekitar 2.000 rumah untuk segmen menengah pada 2010 bakal terealisasi mengingat tumbuhnya minat masyarakat berpenghasilan tinggi untuk membeli rumah.

"Perbankan saat ini rata-rata mematok suku bunga di bawah dua digit. Kondisi ini menguntungkan kalangan pengembang karena memicu kenaikan permintaan rumah segmen menengah atas," katanya.

Sertifikat Bank Indonesia (BI Rate) saat ini 6,5 persen, kata Sudjadi, secara signifikan mampu mendorong sektor riil, termasuk penjualan perumahan berharga di atas Rp150 juta/unit.

"Menurut perkiraan kami, penjualan perumahan menengah atas pada tahun ini bisa lebih banyak 10 hingga 20 persen dari target penjualan sebanyak 2.000 unit," katanya.

Untuk mendongkrak penjualan, kalangan pengembang di Semarang belakangan ini rajin menggelar pameran, baik yang digelar secara bersamaan maupun sendiri-sendiri.

Dalam kesempatan terpisah, ekonom Universitas Diponegoro Semarang Nugroho SBM menilai perbankan nasional hingga kini tetap belum bisa mencapai tingkat efisiensi tinggi sebagaimana perbankan di Singapura atau Malaysia.

Menurut dia, selisih (spread) suku bunga tabungan dengan bunga pinjaman masih terlalu lebar, bisa mencapai di atas lima persen. Bank memberikan imbalan bunga 4-5 persen/tahun, sedangkan debitur harus membayar bunga pinjaman hingga 10 persen.

Sektor riil, katanya, membutuhkan dukungan permodalan dari perbankan, namun mereka tidak bisa terus-menerus dibebani bunga tinggi karena persaingan bisnis kian terbuka, termasuk dengan produk impor.

(mg/MG/ant)
Foto: realestatindonesia.org

Tidak ada komentar: