Sabtu, 07 Maret 2015

Keseimbangan Baru Rupiah

Oleh Nugroho SBM

NILAI tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini kembali melemah sampai titik terendah, yaitu Rp 12.995 per dolar AS (SM, 3/3/15).
Banyak pihak mempertanyakan apakah nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa kembali ke posisi di bawah Rp 12.000, atau seperti sebelumnya? Andaikata tidak bisa kembali ke posisi sebelumnya, berapa nilai tukar wajar rupiah terhadap dolar AS sekarang ini? Jawabannya sudah pasti: tidak bisa, dengan mendasarkan sedikitnya tiga alasan.
Pertama; nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di bawah Rp 12.000 itu terjadi ketika dunia secara rata-rata mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi, yakni tahun 2004-2011. Pertumbuhan tinggi ekonomi negara- negara di dunia telah mendorong naiknya permintaan komoditas primer sehingga harganya pun melonjak.
Ini rezeki bagi Indonesia yang mayoritas ekspornya komoditas primer. Dampaknya, cadangan devisa Indonesia meningkat pula dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara rata-rata bisa di bawah Rp 10.000. Terkecuali tahun 2008 karena imbas krisis keuangan global yang dipicu oleh kasus Subprime Mortgage di AS.
Namun era harga tinggi komoditas primer tersebut berakhir tahun 2012 karena kemelemahan pertumbuhan ekonomi dunia. Selama tahun 2014 hingga November, harga komoditas primer turun ratarata 4,6%. Hal ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia turun, demikian juga cadangan devisa sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun melemah.
Kedua; nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di bawah Rp 12.000 per dolar juga terjadi ketika Bank Sentral AS masih menempuh kebijakan moneter longgar dengan mengucurkan dolar AS dalam jumlah besar ke pasar dan menurunkan suku bunga untuk membangkitkan ekonomi AS yang sedang lesu.
Tetapi kebijakan itu perlahan-lahan akan berakhir. The Fed bahkan sudah mengumumkan akan menarik dananya dan meningkatkan suku bunga setelah ekonomi AS membaik. Indikator kemembaikan perekonomian AS tergambar dari tingkat pengangguran yang tahun 2014 diperkirakan turun menjadi 5,8%, padahal target pemerintah AS hanya 6,5%. Suku Bunga The Fed diperkirakan juga dinaikkan sampai mencapai 2,5%, angka yang cukup tinggi.
Nilai TukarWajar
Tingginya suku bunga AS tersebut akan membuat pemilik dana untuk melepas kekayaan, termasuk mata uang lain, ke dolar AS. Ini akan membuat pasokan dolar AS di dunia, termasuk di Indonesia, berkurang karena diburu oleh para pemilik dana. Akibatnya sudah terasa sekarang bahwa dolar AS menguat hampir terhadap semua mata uang di dunia, termasuk terhadap rupiah.
Kita bisa menyebut sebaliknya bahwa rupiah melemah terhadap dolar. Ketiga; penarikan dolar AS di pasar oleh The Fed ternyata juga dibarengi oleh kepanikan berlebihan dari pemilik dana. Banyak negara yang kemudian cadangan devisanya dalam bentuk dolar AS berkurang secara drastis. Cadangan devisa Rusia misalnya, dalam 11 bulan terakhir berkurang sampai 11 miliar dolar AS.
Dampaknya, nilai tukar rubel merosot tajam terhadap dolar AS. Demikian pula pemilik dolar AS di Indonesia melakukan aksi serupa sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah seperti akhir-akhir ini Seandainya keseimbangan nilai tukar lama di bawah Rp 12.000 per dolar AS tetap tidak bisa tercapai, berapa nilai tukar wajar rupiah terhadap dolar pada saat sekarang? Ada dua teori yang bisa dipakai menentukan nilai tukar wajar dua mata uang. Pertama; mengunakan teori/hukum satu harga.
Menurut teori ini, nilai tukar wajar antara dua mata uang bisa dilihat dari harga barang yang sama di dua negara yang dinilai dari mata uang masing-masing negara itu.
Aplikasi dari teori ini adalah penerapan Big Mac Index, yaitu perbandingan harga paket makanan McDonald’s di dua negara. Jadi katakanlah harga suatu paket McDonald’s di AS adalah 1 dolar AS, dan paket yang sama di Indonesia berharga Rp 12.000 maka nilai tukar wajar rupiah terhadap dolar AS adalah Rp 12.000. Kedua; mendasarkan teori perbedaan atau paritas daya beli (purchasing power parity).
Artinya, menghitung selisih inflasi antardua negara. Bila selisih inflasi antara Indonesia dan AS adalah 3 persen (lebih tinggi inflasi Indonesia 3% dibanding AS) maka nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan terdepresiasi 3%. Hasil hitungan banyak pengamat, termasuk penulis, dengan mendasarkan dua teori tersebut menemukan nilai tukar keseimbangan baru rupiah terhadap dolar AS adalah Rp 12.600. D
unia usaha, perbankan, dan masyarakat harus terbiasa dengan nilai keseimbangan baru tersebut. Bank Indonesia juga perlu mengondisikan agar keseimbangan baru nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 12.000 itu tercapai, dan terjaga secara stabil.
Pasalnya, stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar lebih penting bagi dunia usaha dibanding tinggi rendahnya. (10)
— Dr Nugroho SBM MSi, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro Semarang

Tidak ada komentar: