Sabtu, 11 April 2015

Rupiah dan Utang Luar Negeri

Oleh Nugroho SBM

SALAH satu kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia mengatasi pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS, yang sampai lebih dari Rp 13.000 per dolar, adalah dengan mendorong pengelolaan yang baik utang luar negeri (LN). Utang luar negeri ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, utang itu menjadi penyebab kemelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan di sisi lain nilai utang luar negeri kita naik tanpa penambahan utang baru.
Utang luar negeri menjadi penyebab kemelemahan kurs rupiah lewat kebutuhan dolar AS guna membayar pokok, bunga, dan cicilan utang tersebut. Adapun pengaruhnya terhadap pelemahan nilai tukar rupiah karena hal itu menyebabkan bertambahnya utang, cicilan, dan bunga utang tanpa menambah utang baru. Pelemahan rupiah menyebabkan butuh lebih banyak rupiah guna membayar cicilan, pokok, dan bunga utang luar negeri yang denominasinya dalam dolar AS.
Membahas kebijakan pengelolaan utang luar negeri, perlu lebih dulu mengetahui gambaran utang luar negeri Indonesia. Pertama; utang luar negeri terus bertambah. Akhir Januari 2015 mencapai 298,6 miliar dolar AS atau dengan nilai tukar Rp 13.000- an per dolar maka nilai rupiahnya Rp 3.904,195 triliun. Ini senilai dengan seluruh kredit yang disalurkan industri perbankan Indonesia. Jumlah ini meningkat 10,1% dibanding akumulasi sampai Januari 2014.
Kedua; dari sisi siapa yang berutang maka utang itu didominasi utang swasta. Utang luar negeri swasta kita saat ini 162,9 miliar dolar AS atau 54,6% dari total utang luar negeri kita. Akumulasi pertambahan utang luar negeri swasta ini sampai Januari 2015 dibanding Januari 2014 adalah 13,6%. Adapun utang luar negeri publik, yaitu dari BI dan pemerintah 135,7 miliar dolar AS.

Obligasi Global
Ketiga; utang luar negeri publik didominasi oleh utang pemerintah, yaitu 129,76 miliar dolar AS dengan pertambahan 9,1% saat ini dibanding akumulasi sampai Januari 2014 Pertambahan utang luar negeri pemerintah disebabkan pertambahan obligasi global yang diluncurkan pemerintah senilai 4 miliar dolar AS.
Keempat; dilihat dari denominasinya maka sebagian besar utang luar negeri kita dalam denominasi dolar AS. Sebesar 210,58 miliar dolar AS atau 70,59% dari total utang luar negeri Indonesia berdenominasi dolar. Utang luar negeri berdenominasi dolar AS ini tumbuh 10,2 persen.
Kelima, perlu melihat utang luar negeri jangka pendek Indonesia, yaitu utang luar negeri yang jatuh temponya kurang dari setahun karena utang jenis inilah paling menimbulkan dampak, dan paling terdampak bila rupiah melemah. Jumlah utang luar negeri jangka pendek Indonesia 45,544 miliar dolar AS.
Utang luar negeri jangka pendek didominasi utang swasta, yaitu 41,46 miliar dolar AS atau 91% dari total utang jangka pendek Indonesia.
Dari utang luar negeri swasta, yang agak mengkhawatirkan adalah sebagian besar utang luar negeri swasta jangka pendek itu didominasi swasta nonbank, yaitu 22,3 miliar dolar AS.
Ini mengkhawatirkan karena risikonya tak bisa dibagi dengan pihak lain. Seandainya dilakukan bank, ia bisa membaginya dengan menambahkannya pada bunga pinjaman. Keenam; banyak utang luar negeri pemerintah merupakan utang terikat. Artinya diberikan pihak asing dengan syarat misalnya harus memakai tenaga ahli atau bahan baku dari negara pemberi utang.
Untuk itu, pengelolaan utang luar negeri yang baik itu mensyaratkan beberapa hal. Pertama; pemerintahan Jokowi-JK perlu membatasi pertambahan utang baru sesuai dengan jiwa NawaCita, yaitu berdikari dalam ekonomi.
Kedua; saatnya pemerintah mengajukan restrukturisasi dan kalau perlu pembebasan utang luar negeri khusus untuk utang pemerintah, dengan penjadwalan kembali pelunasan dan meminta keringanan. Pembebasan utang dimungkinkan karena banyak utang luar negeri peninggalan Orba merupakan utang haram (odious debt), yaitu utang yang tak digunakan sebagaimana mestinya tapi dikorupsi dan untuk menindas rakyat.
Ketiga; pemerintah mengerem menerbitkan obligasi global karena hal itu justru membuat imbal belinya dinikmati pemilik uang asing dan menekan nilai tukar rupiah karena kebutuhan dolar AS untuk membayar bunganya.
Ketiga; mengingat mayoritas utang luar negeri, termasuk utang jangka pendek didominasi swasta maka perhatian kebijakan pengelolaan utang luar negeri harus diarahkan pada utang luar negeri swasta. Harus dimonitor agar swasta tak melakukan mismatch penggunaan utang, misalnya untuk investasi jangka panjang. Perlu pula diwajibkan utang luar negeri swasta dilindungi fasilitas lindung nilai tukar (hedging) agar terbebas dari risiko fluktuasi nilai tukar.
Keempat; perlu menganekaragamkan denominasi utang luar negeri. Artinya, tak hanya dalam dolar AS tetapi dalam aneka mata uang asing. Kelima; pemerintah perlu mencari utang luar negeri yang bebas, dalam arti tidak terikat syarat-syarat tertentu dari pemberi utang. (10)


Dr Nugroho SBM MSi, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FE) Universitas Diponegoro Semarang

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Sri Wahyuni biasa di panggil Mba Sri, TKI tinggal di kota Pontian johor Malaysia,Saya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya, tetap ikhtiar.
pengen pulang ke indonesia tapi gak ada ongkos pulang. sempat saya putus asa,gaji pun selalu di kirim ke indonesia untuk biaya anak sekolah,sedangkan hutang banyak, kebetulan teman saya buka-buka internet mendapatkan nomor hp Mbah Suro (+6282354640471) katanya bisa bantu orang melunasi hutang nya melalui jalan togel dan pesugihan tampa tumbal... dengan keadaan susah jadi saya coba beranikan diri hubungi dan berkenalan dengan beliau Mbah Suro, Dan saya menceritakan keadaan saya.Beliau menyarankan untuk mengatasi masalah perekonomian saya,baiknya melalui jalan togel saja.Dan angka yang di berikan beneran tembus ,4607 dan saya dapat 275 juta alhamdulillah terima kasih banyak ya allah atas semua rerjekimu ini. walaupun ini melalui togel